Ribuan titik panas sebagai indikasi kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) terpantau satelit yang digunakan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Pekanbaru. Titik panas sebagai indikasi kebakaran lahan itu berjumlah 3.675.
- Tekan Positif Covid-19, Yayasan BUMN Salurkan Alkes ke Riau
- Reses Dapil III, Kelangkaan Pupuk Hingga Infrastruktur Jadi Pembicaraan
- Cetak Dokumen Terkendala, Pergantian TTE Kadis Dukcapil Masih Proses Di BSrE
Baca Juga
Berdasarkan data dari BMKG Pekanbaru, titik panas paling banyak terdapat di Sumatra Selatan yaitu 2.919. Berikutnya Provinsi Lampung 384 titik, Jambi 163 titik, Bengkulu 10 titik, Sumatra Barat 22, Kepulauan Riau 10 dan Bangka Belitung 80 titik.
Sementara itu, Riau sebagai provinsi langganan terjadi Karhutla terpantau 87 titik panas. Paling banyak terdapat di Kabupaten Indragiri Hulu 72 titik, Pelalawan 7 titik, Indragiri Hilir 3, Kuantan Singingi 4 titik dan Rokan Hilir 1 titik.
Menurut Prakirawan BMKG Sanya Gautami, Karhutla di Pulau Sumatra dan Riau sendiri membuat sejumlah daerah daerah di Bumi Lancang Kuning terpapar kabut asap. Hal ini berpengaruh pada jarak pandang.
"Jarak pandang di Pekanbaru, Rengat dan Pelalawan 5 kilometer karena asap," jelas Sanya.
Sanya menjelaskan, besar kemungkinan kekaburan udara karena asap di berbagai di kabupaten dan kota di Riau itu karena campuran uap air dan partikel kering (asap).
Berdasarkan citra sebaran asap dan titik panas di Riau, Sanya menyebut partikel kering itu berasal dari aktivitas Karhutla di Sumatra bagian selatan.
Sanya menyebut hasil Karhutla di provinsi tetangga dan sejumlah kabupaten di Riau itu terbawa ke Kota Pekanbaru mengingat arah angin masih didominasi dari selatan hingga barat daya.
"Sehingga mengarah ke wilayah Riau bagian utara termasuk wilayah Kota Pekanbaru," terang Sanya.***
- 149 Pejabat di Lebong Sudah Sampaikan LHKPN
- BMKG Waspadai Hujan Disertai Petir dan Angin Kencang di Jakarta
- Takbir Keliling Malam Lebaran Masih Akan Dibahas Secara Komprehensif